Padasan Gentong: Simbol Kebersihan Spiritual dan Warisan Budaya Indonesia

Bagus Sudewo
6 min readJan 16, 2024

--

Wujud Padasan Gentong
(twitter.com/@apikecil)

Padasan gentong yang terbuat dari tanah liat, bukan sembarang wadah air, tetapi juga simbol kebersihan spiritual dan warisan budaya Indonesia yang kaya. Padasan Gentong menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia sekaligus mengandung sejuta inspirasi bagi seniman dan pengrajin. Mari jelajahi estetika dan nilai yang terkandung dalam wadah air ini, yang tak hanya menjadi penjaga kebersihan, tetapi juga mengakar dalam tradisi dan seni.

Padasan Gentong: Tinjauan Budaya dan Sejarah

Padasan gentong merupakan sebuah wadah air yang terbuat dari tanah liat. Wadah ini biasanya ditempatkan di depan rumah dan berfungsi sebagai tempat mencuci tangan, kaki, dan muka. Padasan gentong memiliki lubang kecil di bagian bawah yang dapat dibuka dan ditutup dengan kayu atau sandal untuk mengatur aliran air. Selain itu, padasan gentong juga dapat digunakan sebagai tempat berwudhu, yaitu ritual pembersihan diri sebelum melakukan ibadah dalam agama Islam. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), padasan adalah “tempayan yang diberi lubang pancuran”.

Padasan gentong merupakan salah satu warisan budaya yang dilestarikan oleh masyarakat Indonesia, khususnya di daerah pedesaan. Padasan gentong tidak hanya ada di rumah-rumah penduduk, tetapi juga di tempat-tempat ibadah seperti mushola atau masjid. Hal ini menunjukkan bahwa padasan gentong memiliki peran penting dalam kehidupan beragama masyarakat. Padasan gentong juga menjadi salah satu media penyebaran agama Islam di Nusantara, karena melalui padasan gentong, orang-orang dapat mengenal dan mempelajari cara berwudhu yang benar¹.

Asal-usul padasan gentong belum dapat dipastikan secara akurat, namun ada beberapa sumber yang memberikan petunjuk tentang kemungkinan sejarahnya. Salah satu sumber tersebut adalah kitab Kiriman Catatan Praktik Buddhadharma dari Lautan Selatan karya Yi Jing, seorang biksu asal Tiongkok yang mengunjungi Nusantara pada abad ke-7 Masehi. Dalam kitab tersebut, Yi Jing menyebutkan bahwa para biksu di zaman Kerajaan Sriwijaya (650 M-1377 M) menggunakan dua kendi untuk menyimpan air dan membersihkan diri². Kendi memiliki kemiripan dengan padasan gentong, baik dari segi bahan, bentuk, maupun fungsi. Oleh karena itu, dapat diperkirakan bahwa padasan gentong berasal atau berkembang dari tradisi penggunaan kendi oleh para biksu Sriwijaya.

Fungsi Padasan Gentong dalam Kehidupan Masyarakat Nusantara

Padasan gentong, sebuah wadah air yang terbuat dari tanah liat dan berbentuk seperti gentong, memiliki berbagai fungsi dalam kehidupan masyarakat Nusantara, terutama di pulau Jawa¹³:

  1. Tempat Mencuci: Padasan gentong umumnya ditempatkan di depan rumah dan berfungsi sebagai tempat mencuci tangan, kaki, dan wajah. Hal ini secara signifikan membantu para tamu untuk membersihkan diri sebelum memasuki rumah.
  2. Tempat Wudhu: Padasan gentong juga digunakan sebagai tempat berwudhu, yaitu ritual pembersihan diri sebelum melakukan ibadah dalam agama Islam. Padasan gentong kerap ditemukan di mushola atau masjid, yang mengindikasikan bahwa padasan gentong memiliki peran dalam praktik keagamaan masyarakat.
  3. Penyebaran Agama Islam: Padasan gentong turut andil dalam penyebaran agama Islam di Nusantara, kehadiran padasan gentong di tempat-tempat ibadah memberikan informasi kepada masyarakat bahwa padasan gentong adalah tempat berwudhu, yang merupakan salah satu syarat dalam ibadah Islam.
  4. Tradisi dan Budaya: Padasan gentong merupakan salah satu unsur tradisi dan budaya masyarakat Nusantara, kebiasaan menempatkan padasan gentong di depan rumah sudah ada sejak zaman kerajaan Sriwijaya dan masih dilestarikan hingga kini, terutama di daerah pedesaan.

Secara keseluruhan, padasan gentong berperan sebagai sarana untuk menjaga kebersihan dan kesehatan, serta sebagai bagian dari tradisi dan budaya masyarakat Nusantara.

Padasan Gentong Sebagai Inspirasi bagi Seniman dan Pengrajin

Padasan gentong memiliki bentuk dan tekstur yang unik, sehingga menjadi inspirasi bagi seniman dan pengrajin. Beberapa aspek padasan gentong yang menginspirasi karya seni dan kerajinan adalah:

  1. Bentuk: Seniman dapat menciptakan karya seni yang memiliki kemiripan atau perbedaan dengan padasan gentong. Mereka dapat mengeksplorasi variasi bentuk padasan gentong, mengadaptasinya dengan gaya kontemporer, atau mengombinasikannya dengan elemen-elemen lain yang menarik perhatian.
  2. Warna: Padasan gentong umumnya berwarna coklat tanah liat, namun seniman dapat memilih warna dan pola yang berbeda untuk menghasilkan karya seni yang lebih atraktif. Mereka dapat memanfaatkan warna-warna cerah, motif-motif tradisional, atau cat berkualitas.
  3. Tekstur: Padasan gentong memiliki permukaan yang kasar karena bahan dasarnya adalah tanah liat. Hal ini dapat merangsang seniman untuk berkreasi dengan tekstur dalam karya seni mereka.

Selain itu, terdapat pula pengrajin yang terpengaruh oleh tradisi nenek moyang untuk membuat gentong cuci tangan yang unik. Dengan demikian, padasan gentong tidak hanya berfungsi sebagai sarana kebersihan sehari-hari bagi masyarakat Nusantara, tetapi juga sebagai sumber inspirasi dalam menciptakan karya seni dan kerajinan.

Simbol Estetika dan Budaya Indonesia

Padasan gentong memiliki beberapa fungsi dan makna yang berkaitan dengan nilai-nilai budaya dan estetika Indonesia, yaitu:

  1. Nilai Budaya: Padasan gentong berfungsi sebagai sarana untuk membersihkan diri sebelum memasuki rumah atau tempat ibadah. Padasan gentong biasanya ditempatkan di halaman depan rumah dan digunakan untuk mencuci tangan, kaki, dan wajah. Padasan gentong juga digunakan oleh umat Islam sebagai sarana berwudhu sebelum shalat. Nilai budaya yang terkandung dalam padasan gentong adalah kebersihan, spiritualitas, dan tradisi. Kebersihan adalah salah satu aspek penting dalam budaya Indonesia, karena berkaitan dengan kesehatan dan kesucian. Spiritualitas adalah salah satu aspek yang mendasari kehidupan masyarakat Indonesia, yang mayoritas beragama Islam. Tradisi adalah salah satu aspek yang menjaga kelestarian budaya Indonesia, yang memiliki berbagai ragam adat istiadat dan ritual.
  2. Nilai Estetika: Padasan gentong memiliki bentuk dan tekstur yang menarik, yang mencerminkan nilai estetika Indonesia. Bentuknya yang bulat dan permukaannya yang kasar menunjukkan keindahan alam dan kerajinan tangan. Padasan gentong dibuat dengan menggunakan tanah liat yang dibentuk dengan tangan dan dibakar dengan api. Padasan gentong juga bisa dicat dengan warna dan pola yang beragam, yang menunjukkan kekayaan dan keragaman budaya Indonesia. Warna dan pola yang digunakan biasanya memiliki makna simbolis, seperti merah untuk keberanian, kuning untuk kejayaan, hijau untuk kesuburan, dan lain-lain.
  3. Nilai Material: Padasan gentong terbuat dari tanah liat, bahan alam yang melambangkan hubungan manusia dengan alam. Tanah liat adalah bahan yang mudah didapat dan diproses, yang menunjukkan ketergantungan manusia terhadap alam. Tanah liat juga adalah bahan yang fleksibel dan tahan lama, yang menunjukkan kreativitas dan ketahanan manusia. Nilai material yang terkandung dalam padasan gentong adalah harmoni, adaptasi, dan konservasi. Harmoni adalah sikap manusia untuk hidup selaras dengan alam, tanpa merusak atau mengeksploitasi. Adaptasi adalah kemampuan manusia untuk menyesuaikan diri dengan kondisi alam, tanpa mengeluh atau menyerah. Konservasi adalah upaya manusia untuk melestarikan alam, tanpa menyia-nyiakan atau mengabaikan⁵ .
  4. Nilai Vital: Padasan gentong memiliki fungsi yang berguna bagi manusia secara luas, bukan hanya perorangan. Padasan gentong bisa digunakan untuk kegiatan sosial, seperti kerja bakti, gotong royong, atau arisan. Padasan gentong juga bisa digunakan untuk kegiatan edukasi, seperti belajar mengenai sejarah, budaya, atau seni. Nilai vital yang terkandung dalam padasan gentong adalah solidaritas, partisipasi, dan apresiasi. Solidaritas adalah sikap manusia untuk saling membantu dan mendukung sesama, tanpa membeda-bedakan atau mengecualikan. Partisipasi adalah sikap manusia untuk terlibat dan berkontribusi dalam kegiatan bersama, tanpa pasif atau apatis. Apresiasi adalah sikap manusia untuk menghargai dan menikmati hasil karya sesama, tanpa meremehkan atau mengkritik.

Dengan demikian, padasan gentong menyimbolkan budaya dan estetika Indonesia, yang mencakup nilai-nilai kebersihan, spiritualitas, tradisi, harmoni, adaptasi, konservasi, solidaritas, partisipasi, dan apresiasi. Padasan gentong menjadi bukti kekayaan intelektual dan kearifan lokal yang tak ternilai serta memiliki makna yang mendalam dan relevan bagi masyarakat Indonesia.

Referensi

(1) Farida. (2022, May 17). Tradisi Gentong Padasan Nenek Moyang, Apa Sih Fungsinya? — Jamupedia. Jamupedia. https://jamupedia.com/tradisi-gentong-padasan/

(2) Sejarah Cuci Tangan di Indonesia yang Telah Eksis di Rumah … — ERA.ID. https://era.id/sejarah/40742/sejarah-cuci-tangan-di-indonesia-yang-telah-eksis-di-rumah-moyang-kita-zaman-dahulu.

(3) Ige, E. P. (2020, June 12). Kenormalan Baru, Mengembalikan Gentong di Depan Rumah? — Regional Liputan6.com. Liputan6.Com; Liputan6. https://www.liputan6.com/regional/read/4277120/kenormalan-baru-mengembalikan-gentong-di-depan-rumah

(4) WartaBromo. (2020, May 6). Terinspirasi Tradisi Leluhur, Pemuda di Pasuruan Bikin Gentong Cuci Tangan Unik | kumparan.com. Kumparan; kumparan. https://kumparan.com/wartabromo/terinspirasi-tradisi-leluhur-pemuda-di-pasuruan-bikin-gentong-cuci-tangan-unik-1tMUtWWs54Y

(5) Prinada, Y., & Koesno, D. (2022, November 30). Apa Saja yang Termasuk Nilai-nilai Budaya, Tujuan dan Contohnya. Tirto.Id; Tirto.id. https://tirto.id/apa-saja-yang-termasuk-nilai-nilai-budaya-tujuan-dan-contohnya-gzf1

--

--